6.3.12

Husnudzan Kepada Allah.


Hakikat Husnudzan Kepada Allah



Husnudzan kepada Allah Ta'ala merupakan ibadah hati yang paling jelas. Namun ini tidak dipahami oleh kebanyakan orang. Karena itu kami berusaha menjelaskan keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang ibadah ini dengan memberikan penjelasan dari para salaf, baik dalam bentuk perkataan maupun prakteknya.

Husnudzan (berperasangkan baik) kepada Allah adalah meyakini Asma', sifat serta perbuatan Allah yang layak bagi-Nya. Sebuah keyakinan yang menuntut pengaruh yang nyata. Misalnya, meyakini bahwa Allah merahmati semua hamba-Nya dan memaafkan mereka jika mereka bertaubat dan kembali kepada-Nya. Allah akan menerima amal ketaatan dan ibadah mereka. Serta meyakini, Allah mempunyai hikmah yang sempurna dalam setiap yang Dia takdirkan dan tentukan.

24.1.12

Membangun Citra Diri.



Membangun Citra Diri yang Positif



Mencintai diri sendiri bukan berarti kita menjadi orang yang sombong lagi takabur. Mencintai diri sendiri malah lebih cenderung kepada mensyukuri apa yang Allah berikan kepada diri kita. Dalam ilmu psikologi populer, mencintai diri sendiri berarti adalah kita memiliki citra diri yang positif Apa pentingnya mencintai diri sendiri ini? Manfaat apa saja yang kita raih dari memiliki citra diri positif?

23.1.12

Kebahagiaan.


Imanmu Menentukan Kebahagianmu


Orang-orang sengsara yang sebenarnya adalah mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka ini, selamanya akan berada dalam kesengsaraan, kemurkaan, dan kehinaan. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaahaa: 124)

Kehidupan yang sempit, sesak, dan berat sebagai adzab merupakan akibat dari berpaling, ingkar, dan kufur terhadap Al-Qur'an sebagai sumber petunjuk dan keimanan.
Tidak ada sesuatu yang membahagiakan jiwa, membersihkan dan menyucikannya, membuat bahagia dan mengusir kegundahan darinya kecuali iman yang benar kepada Allah, Rabba semesta alam. Singkatnya, kehidupan akan terasa hambar tanpa iman.

6.1.12

Menegur Anak


Cara Menegur Anak.

1. Janganlah terlalu banyak mencelanya pada setiap waktu, sebab ini akan menyebabkan, ‘telinga si anak menjadi tebal’
2. Jangan sekali-kali memalukan anak didepan umum.
3. Jika ia mengulangi lagi perbuatan salah, sebaiknya ditegur secara diam-diam. Dan menyatakan, bahawa perkara yang dibuat itu tidak baik.
4. Jangan memaki atau mencela karena akan sangat menjatuhkan harga diri anak dan berakibat buruk bagi perkembangannya.
5. Teguran orang tua cukup satu kali saja dan mimik ortu tidak senang, maka anak sudah bisa memahami perasaan ortunya.
6. Menegur dengan tidak berteriak dan bernada keras.
“Ical, berhenti naik meja, sekarang! Mama nggak suka Ical nakal!”
Faisal, bocah berusia 5 tahun itu tak menggubris teguran mamanya barang sedikitpun. Ia terus saja melompati meja dan kursi makan serta berjingkrak-jingkrak di atasnya. Mamanya nampak frustrasi.
“Dasar anak nakal! Ical nggak punya kuping ya?! Nggak bisa dengar mama, ya?!”
Orangtua sering kali tidak sadar bahwa mereka lebih sering menggunakan ancaman, kata-kata kasar, dan julukan yang buruk bagi anak-anaknya yang berulah. Padahal, cara-cara seperti itu justru akan membuat anak semakin menunjukkan ulahnya yang buruk, bukannya semakin baik.
Bagaimana seni menegur anak?

5.12.11

Taubat setelah zina.


Taubat Zina Wanita yang Bersuami

Ujian dalam rumah tangga pasti selalu ada. Hanya saja, jika ujian tersebut bersifat duniawi, maka bagi orang beriman tidaklah terlalu berarti. Bahkan, itu ia jadikan sebagai lahan untuk memanen pahala dan ganjaran besar dari Allah Ta'ala. Sebaliknya, jika ujian menyangkut dien, di antara salah seorang pasangan terjerumus dalam dosa besar seperti zina, maka itu benar-benar menjadi beban dalam keluarga.
Zina adalah perbuatan buruk yang sangat dicela agama. Disebut sebagai fahisyah (perbuatan keji) dan jalan yang buruk untuk melampiaskan syahwat dan mendapatkan keturunan.