13.9.10

Kemaksiatan Terbesar.

Kemaksiatan Terbesar Adalah Kufur Kepada Allah.

Sesungguhnya dosa kemaksiatan terbesar adalah kufur kepada Allah Ta'ala. Tidak ada dosa lain yang lebih berat dari ini. Sedangkan kedudukan orang kafir di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah kedudukan paling rendah dan hina. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kalau saja dunia (nilainya) di sisi Allah menyamai satu sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberikan minum kepada orang kafir di dunia ini, walau hanya seteguk saja.” (H.R. Tirmidzi, no. 2242, dan beliau menshahihkannya)
Karena itulah, sebagai bentuk rahmat Allah kepada hamba-Nya, Dia mewajibkan iman kepada mereka dan memperingatkan mereka akan kekufuran dan akibat buruknya. Dia juga menjelaskan dengan gamblang akan adanya adzab abadi yang akan dirasakan orang kafir kelak. Peringatan terhadap kekufuran ini bukan saja berlaku bagi orang kafir saja, tapi juga bagi orang Islam. Karena itulah Syariat menjelaskan sebab-sebab kekafiran dan murtad dari Islam sehingga seorang muslim mewaspadainya dan menjaga agamanya yang merupakan kekayaan termahalnya.

Syariat menjelaskan bahwa sebab kekufuran yang paling besar dan berbahaya adalah kufur juhud (menentang) dan ingkar, seperti kufurnya orang-orang atheis yang meniadakan wujud Allah Ta'ala. Mereka berkata, "Tidak ada Tuhan, sementara kehidupan hanya materi." Mereka tidak mengakui adanya pencipta dan tidak beriman kepada Tuhan apapun. Hidup menurut pandangan mereka adalah mesin yang bergerak dan berputar. Di tengah-tengah perputarannya itu akan binasa orang yang binasa dan kekal beberapa orang lainnya sampai waktu tertentu sehingga datang perputaran roda kematian lalu matilah ia. Mereka memahami hidup sebatas mesin tuli tanpa ruh di dalamnya. Mereka menganggap manusia seperti itu, karenanya mereka menganggap bodoh orang yang beragama dan mencari tuhan untuk disembah. Sebuah kesimpulan yang bertentangan dengan akal dan nurani. Mereka menganggap diri mereka ada dari sesuatu yang tidak ada. Dibuat tanpa ada yang membuat. Mereka mengira semua itu sebagai suatu kebetulan semata. Mereka berada dalam kesimpulan yang tidak masuk akal. Padahal anak kecilpun tahu, adanya sesuatu pasti ada yang mengadakan. Barang yang dibuat pasti ada yang membuatnya. Sesungguhnya letong (kotoran kerbau) menunjukkan adanya kerbau, bekas tapak kaki menunjukkan adanya orang yang lewat, dan semua makhluk yang dengan ketetapannya masing-masing dan keteraturannya menunjukkan adanya Dzat Yang Maha Mengatahui dan Maha Bijaksana, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Di antara macam kufur juhud (menentang) dan inkar adalah mendustakan perkara pokok dari dien. Maksudnya sesuatu pokok dari urusan agama didustakan. Seperti orang yang mengingkari wajibnya shalat, puasa Ramadlan, wajibnya zakat, wajibnya jihad dan semisalnya tanpa adanya udzur syar'i, maka dia telah kafir karena telah mendustakan Al-Qur'an yang telah menfardlukan dan mewajibkan semua itu.
. . . orang yang mengingkari wajibnya shalat, puasa Ramadlan, wajibnya zakat, wajibnya jihad dan semisalnya tanpa adanya udzur syar'i, maka dia telah kafir . . .
Para ulama Islam telah sepakat bahwa semua itu, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan mereka. Al-Qadli 'Iyadl berkata, " . . . Dan begitu juga kita memastikan kafirnya setiap orang yang mendustakan dan mengingkari satu kaidah dari kaidah-kaidah syar'i dan apa yang disebutkan secara mutawatir, seperti orang yang mengingkari wajibnya shalat lima waktu." (Al-Syifa': 2/1073)
Dan di antara sebab terjadinya kekafiran adalah mencela sesuatu yang diagungkan dalam Islam dan merendahkannya seperti menceka Allah 'Azza wa Jalla, mencela Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, mencela para malaikat yang mulia, atau mengingjak-injak mushaf dan membuangnya ke tempat sampah. Semua ini menyebabkan kekafiran. Al-Qadli Iyadh berkata, "Ketahuilah siapa yang meremehkan Al-Qur'an atau mushaf atau sesuatu darinya, atau mencela kedunya . . . maka mereka telah kafir menurut para ulama." (Al-Syifa': 2/1101)
Termasuk kekufuran: mencela sesuatu yang diagungkan dalam Islam dan merendahkannya seperti menceka Allah 'Azza wa Jalla, mencela Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, mencela para malaikat yang mulia, atau mengingjak-injak mushaf dan membuangnya ke tempat sampah.
Di antara sebab kekafiran lainnya adalah meragukan terhadap satu hukum dari hukum-hukum Allah Ta'ala, ragu terhadap kebenaran dari syariat-syariat-Nya walau satu saja, atau ragu terhadap salah satu yang telah Allah beritakan. Seperti orang yang ragu adanya hari kebangkitan, dikumpulkan di padang mahsyar, ragu terhadap surga dan neraka, atau ragu terhadap wajibnya perintah shalat, puasa, haji, dan zakat. Semua ini wajib diyakini oleh seorang mukmin dengan pasti, mantap, tanpa keraguan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji imannya orang yakin yang keyakinanya tidak tercampuri oleh keraguan,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat: 15)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasulullah (utusan Allah), tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan (meyakini) keduanya tanpa ragu terhadap kedunya, melainkan dia pasti masuk surga." (HR. Muslim)
Mencela salah satu syariat Islam juga termasuk sebab kekafiran. Allah Ta'ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ  لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (QS. Al-Taubah: 65-66)
Syaikhul Islam Ibnu Tiamiyah rahimahullah berkata dalam kitabnya al-Shaarim al-Masluul 'alaa Syaatim al-Rasuul, "Ini merupakan satu nash bahwa menghina Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya adalah kekufuran." Maka wajib bagi seorang mukmin untuk mewaspadai perkara-perkara yang berbahaya ini. Barangsiapa yang ingin bercanda janganlah mencandai agamanya. Dan barangsiapa yang ingin bermain-main maka janganlah dia menjadikan agamanya sebagai bahan mainan.
Inilah beberapa bentuk kekufuran yang meliputi ucapan lisan, keyakinan hati, dan amalan anggota badan. Segala macam bentuk kekufuran pada dasarnya adalah buruk, karena termasuk bentuk penentangan terhadap pencipta, Allah Ta'ala. Karena itulah, salah satu sifat Hikmah Allah Ta'ala, Dia menjadikan sanksi yang sangat berat terhadap kekufuran, bahkan paling dahsyat. Allah mengharamkan surga bagi orang yang kafir, menjadikannya kekal di dalam neraka selama-lamanya, mengharamkan bagi orang kafir untuk mendapatkan ampunan dari-Nya, mengharamkan pemilik hak syafaat untuk menolongnya. Semua itu puncak dari macam sanksi karena dosanya tersebut sudah sampai pada puncak keburukan. (PurWD/voa-islam.com)
Oleh: Badrul Tamam

Dikutip dari voa-islam.com



Artikel Terkait: