11.11.10

Ihsan dan Bentuk-bentuknya.


Subhanalloh, demikian agung agama ini yang memerintahkan agar penganutnya berbuat kebaikan (Ihsân) dalam segala hal dan terhadap segala sesuatu; manusia, binatang, dan hal-hal lainnya. Apa makna Ihsân yang sebenarnya? Apa sajakah bentuk-bentuknya? Termasuk Ihsan kah bila kita memperlakukan binatang dengan baik?

Naskah Hadits:
Dari Syaddad bin Aws, dia berkata, “Dua hal yang telah aku ingat-ingat berasal dari Rasululloh Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam, beliau bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya Alloh Ta’ala telah mewajibkan agar berbuat ihsan (baik) terhadap segala sesuatu. Bila kamu membunuh, maka bunuhlah secara baik dan bila kamu menyembelih, maka sembelihlah secara baik dan hendaklah salah seorang diantara kamu menajamkan mata pisaunya, lantas menenangkan binatang sembelihannya.’” (HR: Muslim)


Penjelasan Hadist
Islam sangat antusias untuk mengajak manusia agar melakukan semua jenis kebaikan dan melarang mereka untuk melakukan semua jenis kejahatan.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan agar berbuat Ihsân (kebaikan) dalam setiap hal dan menjadikannya sebagai suatu prinsip dari beberapa prinsip yang diserukan-Nya sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Sesungguhnya Alloh memerintahkan agar berlaku adil dan berbuat ihsan (kebaikan).” (QS: An-Nahl: 90)

Tingkatan Ihsân yang paling tinggi adalah Ihsân di dalam beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Inilah tingkatan dien yang paling tinggi. Dalam hal ini, Rasululloh Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam telah menafsirkannya -sebagaimana terdapat di dalam hadits Jibril yang amat masyhur- yaitu “Bahwa engkau (beribadah) menyembah Alloh Subhanahu wa Ta’ala seakan-akan engkau melihat-Nya; jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Bila seseorang menghimpun hati dan perasaannya ketika sedang melakukan peribadatan dan merasakan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala melihatnya, maka akan tercapailah tingkatan yang paling tinggi dalam agama tersebut.

Berbuat Ihsân bisa berlaku terhadap manusia, binatang dan hal-hal lainnya, di antara bentuk-bentuknya adalah sebagai berikut:
  1. Tingkatan Ihsân paling tinggi terhadap manusia adalah Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orangtua) dan menjalankan hak-hak keduanya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, harta maupun hal lainnya. Dalam hal ini, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah kecuali kepada-Nya, dan agar berbuat baik (Ihsân) kepada kedua orangtua.” (QS: Al-Isrâ`: 23)
  2. Berbuat Ihsân kepada seluruh manusia, mulai dari terhadap orang-orang yang memiliki hubungan terdekat, yang memiliki ikatan rahim ataupun para tetangga. Yaitu dengan cara memberikan hak-hak mereka, mengunjungi, bertanya tentang kondisi mereka, memberikan hadiah, mengasihi anak-anak kecil mereka, bersedekah kepada para kaum faqir mereka, memberikan bantuan kepada orang-orang yang berhajat di kalangan mereka dan sebagainya, kemudian juga terhadap semua kaum Muslimin.
  3. Berbuat Ihsân kepada orang-orang Kafir dengan cara mendakwahi mereka agar memeluk Islam, berinteraksi dengan cara yang paling baik serta berbudi pekerti dengan budi pekerti yang baik terhadap mereka. Hal ini sebagaiman firman-Nya, yang artinya: “Dan katakanlah kepada manusia dengan perkataan yang baik.” (QS: Al-Baqarah: 83)
  4. Berbuat Ihsân kepada binatang dengan cara tidak menyakitinya, menghilangkan rasa lapar dan dahaganya serta hal yang semisal itu. Hal ini berdasarkan sabda Rasululloh Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam, yang artinya: “Dan pada setiap hati, terdapat basahan (tetesan) pahala.” (HR: Bukhari).
    Dalam hadits yang lain, yang artinya: “Seorang wanita masuk neraka hanya gara-gara seekor kucing betina yang tidak dia beri makan dan tidak pula dia lepas agar makan sendiri dari serangga-serangga bumi.” (HR: Bukhari)
  5. Berbuat Ihsân terhadap hal-hal lainnya seperti menekuni pekerjaan yang dilimpahkan untuk kepentingan orang banyak. Hal ini sebagaimana bunyi sebuah Atsar: “Sesungguhnya Alloh mencintai apabila salah seorang diantara kamu melakukan suatu pekerjaan lantas menekuninya.” (Dikeluarkan oleh Abu Ya’la di dalam Musnad-nya. Al-Bushiry berkata di dalam buku al-Ithaf: Sanadnya lemah.)

Hadits di atas menunjukkan bahwa diantara bentuk-bentuk berbuat Ihsân kepada binatang adalah berbuat Ihsân terhadapnya kala menyembelihnya dengan cara menajamkan mata pisau dan membuat sembelihan itu tenang serta tidak menampakkan pisau ke arahnya kecuali ketika akan menyembelih.

Diantara bentuk-bentuk berbuat Ihsân lainnya adalah berbuat Ihsân ketika membunuh di dalam suatu peperangan. Oleh karena itu, para ulama menyimpulkan tidak bolehnya melakukan tindakan sadis seperti menyayat-nyayat dan memotong-motong jasad korban, baik sebelum dibunuh ataupun setelah dibunuh.

Betapa agung dan besarnya ganjaran pahala berbuat Ihsân di sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana firman-Nya, yang artinya: ”Tidak ada balasan berbuat Ihsân (kebaikan) selain Ihsân itu sendiri?.” (QS: Ar-Rahmân: 60)
Demikian juga di dalam firman-Nya lainnya, yang artinya, “Sesungguhnya rahmat Alloh itu sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat Ihsân (kebaikan).” (QS: Al-A’râf: 56)

Imbauan Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim berbuat Ihsân di dalam ibadah dan mu’malatnya dengan orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengannya ataupun hubungan jauh agar meraih Mahabbah (kecintaan) Alloh Subhanahu wa Ta’ala, rahmat dan keridlaan-Nya.

Sumber : arsipmoslem.wordpress.com



Artikel Terkait: