25.12.10

Kasih Ibu Dan Iman

Panggilan “Ibu” bukanlah panggilan khusus untuk perempuan yang melahirkan saja. Derajat ini hanya terdapat pada panggilan ibu, namun tidak pada panggilan Ayah. Contohnya, panggilan seperti, ibu negara, ibu pertiwi, ibu jari, ibu suri, dan sebagainya. Dan tak pernah disebut ibu jari kaki, melainkan induk jari kaki, induk semang, atau induk ayam. Serta tak pernah pula disebut ayah negara, ayah pertiwi, dan sebagainya. Kekhususan dan kelebihan ibu ini memang ada, namun demikian tak boleh kita lupa bahwa kaum lelaki adalah pemimpin dari kaum perempuan (baca Alquran surat 4 ayat 34, dan hadis shahih Bukhori ayat 1569).
Kita memperingati Hari Ibu pada tanggal 22 Desember tiap tahunnya. Hal ini adalah satu penghargaan atas jasa ibu yang melahirkan, membesarkan, dan mendidik anaknya sampai dewasa, barulah lepas tanggungjawabnya. Untuk itu, sepakatlah kita semua mengatakan “kasih ibu sepanjang masa”. Namun apakah kasih ayah hanya sepanjang jalan?
Tuhan mewasiatkan kepada manusia: “(supaya berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya) Ibunya mengandung dengan menderita kelemahan atas kelemahan, dan menceraikan menyusui dalam dua tahun, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan berterima kasihlah kepada ibu bapak, dan kepada-Ku lah tempat kembali kamu” (QS.31 ayat 14).
Nabi bersabda dalam sebuah hadis yang shahih, suatu hari ada seorang laki-laki berkata: “saya ingin berjuang bersama Anda”, Rasul menjawab “apakah kedua orangtuamu masih hidup?”, “masih” jawabnya. Rasul kemudian berkata “berjuanglah menjaga kedua orangtuamu selagi masih hayat”. Maka untuk menunjukkan kebaktian kita yang adil, wajarlah kita sebut kasih ayah juga tak terbilang. Alquran adalah petunjuk untuk sekalian isi bumi, sesuatu yang tidak kita inginkan akan terjadi jika kita menentang Alquran dan hadis-hadis Nabi, maka beristiqamah adalah lebih baik. Bukanlah untuk ibu saja dilimpahkan kasih sayang, namun juga untuk ayah; walaupun seburuk-buruk ayah dalam pandangan si anak, begitu pula sebaliknya.
Tuhan yang Maha Kaya kepunyaannya langit dan bumi beserta isinya. Ia tidak membutuhkan apa-apa dari makhluk ciptaan-Nya. Namun ada satu permintaan-Nya, yaitu “berkasih sayang dalam keluarga”. Perbedaan rejeki janganlah menjadi benteng untuk menghilangkan kasih sayang, karena nasib seseorang itu adalah Tuhan yang menentukan sejak dari periode ke-4 dalam kandungan. Allah Swt memerintahkan malaikat menuliskan 4 perkara yaitu: rejeki, ajal, nasib, dan jodohnya.
Maka dari itu, bila seseorang menerima nasib malang, sementara yang lain menerima mujur itu adalah takdir dari Illahi Robbi. Tuhan pun menguji si kaya apakah ia menjadi pongah atau cuek pada si miskin yang sengsara. Si kaya wajib bersyukur kepada Sang Khalik yang memberi rejeki, dan memberi sedekah kepada yang miskin yang berkerkurangan. Sementara, si miskin wajib bersabar atas nasibnya yang malang dan teruslah berusaha dan bertaqwa, Insya Allah rejekinya akan menjadi baik. Sepanjang niatnya baik atas suatu usaha yang dikerjakan hanya karena Allah Swt dan mencari ridhanya; janganlah ia berputus asa atas rahmat Allah.
Tuhan menciptakan kasih sayang bukan saja kepada manusia, namun juga kepada hewan. Seperti kuda mengangkat kakinya saat menyusui, karena takut anaknya terpijak. Juga babon mengembangkan ekor dan bulu badannya dengan wajah yang seram, ingin menerkam siapa saja yang mengusik anaknya. Apalagi si “ibu”, seekor lalatpun tidak boleh hinggap. Akan hancur rasa badannya jika ada seekor nyamuk yang menggigit buah hatinya. Sang ayah pun tak kurang menunjukkan kasih sayang pada anaknya. Ia bersedia melakukan segala hal yang risikonya tinggi, sekalipun mengancam nyawanya.
Karena kurang iman pula, terkadang ia merampok, merampas, menipu, mencuri, semua dilakukannya karena takut anaknya lapar. Para koruptor menghabiskan uang negara adalah untuk kesenangan anak-anak dan istri tercinta, agar bisa hidup megah, mewah, dan foya-foya. Padahal, dalam aktivitasnya belum tentu dapat berjalan mulus dan tuntas. Adakalanya ia terjebak, tertangkap, maka nyawa menjadi taruhannya ataupun penjara menjadi mahligai yang tak bahagia.
Wanita yang telapak kakinya pergi menuju rumah maksiat dan telapak tangannya menerima uang haram hasil dari perbuatan mesum dengan laki-laki yang berganti-ganti tiap jam, adakah surga di bawah telapak kakinya? Sementara surga adalah tempat yang suci disediakan untuk orang-orang suci dari dosa. Bahkan telapak tangan yang menerima uang haram seperti uang suap, dan sebagainya, adalah neraka di telapak tangan ayah dan ibu. Itulah kalau kurang keimanan di dada, dan pengetahuan mengenai hari pembalasan, kelak di akhirat pun kosong belaka.
Mereka berbuat sesuka hati yang tak kenal halal dan haram, hasil dari perbuatan haram diberikan kepada anak-anaknya untuk dimakan dan sebagainya, maka mental dan moral anak-anaknya pun sangat disayangkan. Di antara mereka ada yang menjadi, penjambret, curanmor, pemerkosa, dan wanitanya menjadi PSK, seperti dicontohkan kedua orangtuanya. Tak kurang pula mejadi pengisap ganja, narkoba, sabu-sabu, sehingga tubuhnya sakau, rakau, dan sasau. Jadilah orangtua ataupun saudara yang memikul bebannya. Putus harapan menjadi tunas bangsa, pemimpin negara, bahkan mereka menjadi daki dunia, karena neraka di telapak tangan ayah dan bunda. Manusia yang tak melakukan larangan Allah, dan melakukan segala perintahnya karena takut terancam siksa di hari pembalasan (akhirat) dan malu menunjukkan auratnya, itulah dia orang beriman.
Iman adalah bercabang-cabang, perasaan “malu” adalah sebagian darinya. Orang yang tidak bermalu adalah orang yang tidak beriman, walaupun mengaku beriman tapi kelihatan dari perilakunya, baik pria maupun wanita. Khusus pada wanita bila ia memakai baju dan celana yang ketat, berpakaian hanya menutup kulit, bukan aurat adalah pakaian orang non-muslim. Disangsikan, akidahnya pun serba serbi.
Contoh yang terbaik yang ditunjukkan oleh salah seorang Nabi, (dan Nabi yang lain-lain pun demikian), adalah Nabi Musa a.s. tahan digunjing oleh Bani Israil, yang menyangka Nabi Musa a.s. menderita suatu penyakit, karena tidak mau mandi bersama-sama mereka dengan telanjang dan lihat melihat akan burung mereka yang tak pandai terbang. Nabi Musa a.s. yang tebal imannya, memilih mandi sendirian terpisah dari mereka; maka untuk menghapus gunjingan Bani Israil, Allah memperlihatkan tubuh nabi Musa yang sempurna.
Pada suatu kali ketika Nabi Musa hendak mandi, diletakkannya kain di atas batu, tiba-tiba batu itu melarikan kain Nabi Musa. Dengan sangat terkejut Nabi Musa menyusul dan berteriak “hei, kainku… hei… batu… hei, kainku, hei.. batu..”, sehingga oleh karena itu Bani Israil dapat melihat “aurat” nabi Musa yang sempurna berukuran normal tidak besar. Maka yakinlah mereka Nabi Musa tidak berpenyakit, hanya karena imannya tebal, maka auratnya disembunyikan.
Setelah dekat Nabi Musa mengambil kainnya dan dipukulkannya ke batu itu. Manusia yang imannya setipis kulit bawang merasa lebih malu jika disebut ketinggalan zaman, kolot, ataupun kuno daripada membuka tubuhnya untuk ditonton oleh orang banyak, karena supaya dianggap modern, tapi menyesatkan. Apalagi busana porno banyak dijual di pasaran dengan harga murah, dapat terjangkau oleh orang miskin yang kurang siraman rohani. Entah itu pula politik awal pertama permurtadan menjadi tanah yang subur bagi misi penangkalan akidah. Ataupun kaum muslimah yang menganggap remeh akan larangan Allah dan perintahnya, mengakibatkan bumi kita ini selalu diwarnai dengan bencana silih berganti. Akhirul kalam, kasih ibu sepanjang masa, dan kasih ayah sepanjang jalan bisa beralih fungsi menjadi benci sepanjang zaman jika iman tidak dipelihara ataupun kosong di dalam dada. Yang tetap berkasih sayang adalah orang yang beriman dan bertaqwa, maka kasih sayang anak sangat diharapkan.***** 
(Hj.Siti Nazariah Zam : Penulis adalah Seorang Ibu )
.Waspada News


Artikel Terkait: