13.4.11

Tawadhu'

KETAWADHU’AN (KERENDAHAN DIRI) RASULULLAH
“Dan rendahkanlah dirimu (hai Muhammad) terhadap orang-orang yang mengikutimu, yakni orang-orang yang beriman.” (QS. Asy Syu’ara: 215).
Ayat tersebut memerintahkan kepada Rasulullah agar beliau bersikap merendahkan diri (tawadhu’) terhadap para pengikutnya, yakni orang-orang yang beriman. Apabila Rasulullah sendiri yang jelas-jelas sebagai pemimpin dan panutan saja diperintahkan agar bersikap merendahkan diri terhadap pengikutnya, maka kita sebagai pengikut beliau tentunya tidak boleh mengabaikan berilaku tersebut. Handaklah kita senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap merendahkan diri kepada sesama manusia pada umumnya, terlebih lagi terhadap sesama mukmin.

Sesuai dengan ayat tersebut, Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, agar kalian saling merendahkan diri, sehingga tiada seorang pun yang berlaku sombong terhadap yang lain dan tiada seorang pun yang berbuat aniaya terhadap yang lain.” (HR. Muslim).


Manusia yang paling memiliki sikap tawadhu’ adalah Rasulullah. Terlihat ketika Allah bertanya kepada para Rasul pilihan, sebagai berikut:
  1. Kepada Nabi Ibrahim. Allah bertanya, “Siapalah dirimu?” Jawabnya, “Saya adalah al Khalil (yang terkasih).”
  2. Kepada Nabi Musa. Allah bertanya, “Siapalah dirimu?” Jawabnya, “Saya adalah al Kaliim (yang diajak dialog oleh Allah).”
  3. Kepada Nabi Isa. Allah bertanya, “Siapalah dirimu?” Jawabnya, “Saya adalah ar Ruuh (kekasih Allah).”
  4. Kepada Nabi Muhammad. Allah bertanya, “Siapalah dirimu?” Jawabnya, “Saya adalah anak yatim.”
Maka atas jawaban tawadhu’ dari Nabi Muhammad itulah Allah mengangkat derajat beliau melebihi derajat seluruh Nabi dan Rasul. Allah berfirman, “Sungguh Tuhanmu kelak akan membagikan karunia-Nya kepadamu (Muhammad) maka hatimu pun ridha (puas atas segala pemberian-Nya).” (QS. Adh Dhuha: 5).

Merendahkan diri merupakan akhlak terpuji, baik menurut pandangan Allah maupun pandangan sesama manusia. Dengan sikap merendahkan diri, harkat dan martabat seseorang tidak akan menurun. Bahkan sebaliknya, akan mengangkat harkat dan marabat orang yang bersangkutan, baik di kalangan masyarakat maupun di mata Allah.
Rasulullah bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi kekayaan seseorang. Allah tidak akan menambah kepada seorang hamba yang suka memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiadalah seseorang yang merendah diri karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim).

Dengan bersikap merendahkan diri, seseorang akan memperoleh simpati dari orang banyak. Dan dengan simpati yang diperolehnya itu, ia akan mendapat tempat di hati masyarakatnya. Dia akan senang bergaul dengan masyarakat dan masyarakat pun akan merasa sayang kepadanya. Komunikasi timbal balik akan terjalin dengan baik dan jalinan kerjasama di bidang apa pun akan berlangsung dengan baik pula. Dengan demikian, maka sikap merendahkan diri akan menghiasi nama baik palakunya, sehingga derajat kemanusiaannya pun akan lebih terhormat. Orang yang dimuliakan oleh sesama manusia karena menyandang sikap merendahkan diri, juga akan dimuliakan oleh Allah.

Akhirnya, marilah kita senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk mengendalikan nafsu kita, sehingga kita bisa menghormati dan menghargai orang lain sesuai dengan kedudukan kemanusiaannya masing-masing. Dan semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang di ridhai-Nya. Amin…

Dikutip dari : mahluktermulia.wordpress.com



Artikel Terkait: