4.9.10

Ibu Hamil Perlu Perhatikan Gizi

Prinsipnya, ibu hamil boleh berpuasa selama memperhatikan beberapa kondisi tertentu.

Kondisi ibu hamil dan menyusui sangat berbeda dengan perempuan pada umumnya dalam hal kesehatan. Ibu hamil dan menyusui membutuhkan pasokan gizi yang cukup untuk kebutuhan diri beserta janin yang dikandungnya dan bayi yang disusuinya.

Berpuasa bagi ibu hamil dan menyusui memang tak diwajibkan. Meski begitu, tetap saja ada beberapa ibu hamil dan menyusui yang ingin berpuasa.

"Allah memberikan kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam berpuasa," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Amidhan, saat dihubungi di Jakarta, pekan ini.

Berpuasa memang kesempatan yang penuh berkah dan bisa dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu untuk menjalankannya. Namun, katanya, bagi ibu hamil dan menyusui, boleh untuk tidak berpuasa.

Ada dua pendapat soal berpuasa bagi mereka. Kata Amidhan, para ibu bisa untuk tidak berpuasa dan menggantikannya di waktu yang lain. Bisa juga tidak berpuasa kemudian membayarnya dengan fidyah.

Amidhan meluruskan pendapat yang menyatakan ibu hamil yang berpuasa tengah melatih bayi dalam kandungan berpuasa. "Melatih anak atau janin dalam kandungan bukan dengan pandangan seperti itu. Ini kan kaitannya dengan kesehatan ibu dan janin atau bayinya. Jangan sampai janin atau bayinya kekurangan gizi," tuturnya.

Kalau untuk mendidik anak atau berharap bayi yang dikandungnya bertakwa, Amidhan menjelaskan, itu dilakukan dengan tingkah laku orang tuanya. "Jalankan ibadah dengan ikhlas, berakhlak mulia, tak bergunjing, dan lain-lain. Itulah yang harus dilakukan."

Periode kehamilan

Bagi ibu hamil yang berpuasa, janin dalam kandungan harus diperhatikan, terutama kondisinya pada periode-periode kehamilannya. "Prinsipnya, ibu hamil boleh berpuasa selama memperhatikan beberapa kondisi tertentu dan asalkan mampu menjalaninya," kata spesialis kandungan Dr Taufik Jamaan SpOG.

Kondisi ibu hamil pada tri semester pertama (1-3 tibulan), kata dia, biasanya mengalami mual, pusing, lemah, lemas, dan mata berkunang-kunang. "Kalau keadaan ini terjadi pada tiga bulan pertama, sebaiknya tidak berpuasa. Kondisi ibu dan janinnya masih belum stabil," katanya.

Di tri semester kedua (4-6 bulan), kondisi janin sudah mulai stabil. Selain itu, rasa mual, pusing, dan keluhan lainnya sudah mulai berkurang. Jadi, di saat inilah sang ibu bisa untuk berpuasa.

Insya Allah, katanya, badan bisa mengatur sedemikian rupa. Badan mengatur gizi yang masuk sesuai kebutuhan dan perkembangan janin. "Makanya, makanan harus diperhatikan."

Pada tri semester ketiga (6-9 bulan), kondisi janin sudah besar dan biasanya porsi lambung juga mengecil. Asupan makanan hanya sedikit demi sedikit, dengan intensitas sering.

Keadaan di periode ini, sebaiknya tidak berpuasa bila tak mampu. "Di masa ini, biasanya ada keluhan, seperti darah rendah akibat sirkulasi darah terbagi dua dan kadar gula yang rendah," kata dokter spesialis di RS Bunda, Menteng, Jakarta Pusat itu.

Taufik menegaskan, asupan gizi dan cairan harus diperhatikan bila ibu hamil atau menyusui memutuskan berpuasa. "Soalnya, gizi dan cairan itu dibagi dua, untuk ibu dan janin. Jadi, hal ini harus diperhatikan asupan makanannya," tuturnya.

Gizi yang masuk harus seimbang dan sesuai kebutuhan ibu hamil dan menyusui. "Perhatikan asupan protein, karbohidrat, nutrisi zat besinya, juga cairan."

Ibu hamil biasanya juga mengalami konstipasi (sembelit). Jadi, dalam makanan perlu diperbanyak serat dari sayuran dan buah-buahan. "Asupan cairan harus dicukupi, sekitar 8-10 gelas. Ibu juga harus minum susu dua kali sehari," papar Taufik

Menurut Pakar Epidemiologi Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Hardiansyah, ibu hamil dan menyusui boleh memakan makanan apa saja selama kehamilannya. Bila berpuasa, mereka harus mengatur pola makan sejak berbuka hingga sahur.

Dia menuturkan, ibu hamil dan menyusui perlu asupan lebih banyak 50-70 persen dari perempuan tak hamil. ed:khoirul azwar

Sumber: Republika (Dewi Mardiani)>

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar