2.9.10

Ramadhan .. Bulan Pembangunan dan Pembebasan Kehendak

Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam atas Rasulullah, keluarganya dan sahabat serta orang-orang yang mendukungnya.. waba’du
Bersamaan dengan bersinarnya Ramadan dan sentuhan-sentuhannya yang indah dan wangi, terbit dalam cakrawala berbagai keagungan yang Allah anugrahkan kepada kita melaluinya; yaitu bulan Al-Qur’an; sebagai dustur (undang-undang dan pedoman) bagi umat…
Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan bukti yang jelas untuk petunjuk dan Al-Furqan” (al-Baqarah: 185).
Di dalamnya terdapat kebaikan dan pahala dilipat gandakan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup..
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
“Ketika masuk bulan Ramadan maka dibukalah pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu”. (Bukhari)

Dan di dalamnya terdapat lailatul qadar (malam kemuliaan); malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana yang diungkapkan oleh al-ma’shum (Nabi saw):
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Di dalamnya terdapat malam lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang diharamkan kebaikannya maka terhalang dirinya untuk mendapatkannya”. (An-Nasa’i)
Di dalamnya juga terdapat sarana untuk mewujudkan taqwa dengan bentuk yang baik. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa” (Al-Baqarah:183)
Dan Rasulullah saw telah berdoa atas orang yang mendapatkan bulan Ramadhan walaupun hanya sekali namun tidak mendapatkan ampunan pada dirinya, dengan sabdanya: “merugi dan kecewa”,
Ramadhan juga merupakan kemenangan yang sangat besar dalam sejarah Islam baik dahulu maupun sekarang, terdapat di dalamnya kemenangan perang Badar, penaklukkan kota Mekkah dan lain-lainnya dari berbagai kemenangan yang mulia, terutama kemenangan pada hari kesepuluh Ramadhan, yang mana tentara memasuki pertempuran sementara mereka tetap puasa, mungkin penyebab yang paling penting dari kemenangan ini adalah penghiasan diri dengan nilai-nilai luhur yang merasuk dalam jiwa pada saat berpuasa; dan yang paling penting dan utama adalah kemerdekaan kehendak terhadap berbagai nilai-nilai luhur dan dalam berbagai tingkatannya.
Sebagaimana puasa juga bertujuan mengaktualisasikan taqwa dalam jiwa, sebagaimana bertujuan membangun kebebasan kehendak, karena inti keikhlasan dan aktualisasinya adalah kebebasan diri dari ketundukan terhadap berbagai kekuatan selain Allah bagaimanapun bentuknya dan apapun konsekwensinya; karena itu, puasa merupakan sarana untuk membebaskan manusia dari penyembahan kepada manusia, kebiasaan dan syahwat, dan barangsiapa terbiasa mencegah diri –sesuai dengan pilihannya- dari syahwat dan berbagai kesenangannya dan kokoh dirinya untuk menghalangi diri darinya; tidak untuk yang lainnya kecuali taat kepada Allah, maka pasti akan sirna berbagai hawa nafsu dan kebiasaan dan kemenanganpun akan mudah dicapai.
Karena itu pula puasa merupakan ibadah yang paling banyak memberikan dukungan ruhani dalam diri manusia; karena puasa dapat meminalisir syahwat yang dibersihkan dari berlebihan dalam makanan dan minuman, dan dengan itu pula akan mewujudkan tujuan peningkatan ruh menuju tingkatan sempurna yaitu takut kepada Allah. Dan kesempurnaan komitmen juga terdapat dalam ibadah ini melalui dhawabit (aturan), akhlak dan adab; dengan membentuk orang yang berpuasa dalam dirinya perasaan diawasi oleh dirinya, tidak berusaha riya dihadapan manusia dengan puasanya sehingga memberikan solusi dari penyakit yang paling kita takuti dan ditakuti oleh Rasulullah saw, dan merupakan penyakit syirik kecil sehingga dapat menyempurnakan ibadah puasa secara maksimal sesuai yang diinginkan dan diridhai oleh Allah SWT, dan pada akhirnya dapat meninggikan derajatnya sebagai Robbaniyyun yang senantiasa mengagungkan syiar-syiar (ajaran) Allah baik dalam ucapan maupun perbuatan, dan membentuk segala gerak, diam, shalat, ibadah, hidup dan mati mereka hanya untuk Allah Tuhan semesta alam
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am:162)
Inilah makna dari sabda Nabi saw:
فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ ، وَلاَ يَسْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Jika pada suatu hari salah seorang diantara kalian berpuasa, maka jangan berkata rafats (keji dan kotor) dan jangan berteriak, dan jika ada seseorang yang mencela dan mengajaknya berkelahi maka cukup katakan: saya sedang berpuasa”. (Baihaqi)
Hadits ini mendidik seorang muslim untuk memiliki kekuatan kehendak dan menjadikan puasa sebagai sarana memperbaiki akhlak, menahan amarah dan menghadapi berbagai celaan dan tindakan bodoh dengan maaf dan lapang dada.
Seorang muslim pada bulan Ramadan harus berbeda dengan hari-hari biasa, terutama pada adat istiadat dan berusaha membebaskan diri dari kekangannya, dan meninggalkan kebiasaan yagn dihalalkan oleh Allah SWT; sehingga tampak orang yang berpuasa menahan diri dari makan dan minum serta syahwat pada siang hari bulan Ramadhan karena mentaati perintah Allah, dan menjadikan seorang muslim baik dalam memperkuat keinginan dan kehendak; menjauhkan diri dari kebutuhan jasadi dan mendahulukan perintah Allah dengan mengharap ganjaran dan balasan.
Antara kehendak dan kebebasan:
Bahwa keinginan dan kehendak merupakan kekuatan yang memungkinkan manusia untuk berkata: (Ya) atau (tidak) dengan kebebasan penuh yang berasal dari penyerahan diri kepada Allah semata dan tidak mensyirikkan-Nya pada saat nafsu atau hasrat mengajaknya (bergolak), atau ada usaha dari orang zhalim memperkerjakannya untuk kepentingan dirinya dan ketamakannya, dan menjadikan imam dan pemimpinnya dalam hal tersebut adalah taqwa dan ridha kepada Allah, karena itu kemampuan untuk menolak dan menghadang lebih kuat daripada menerima dan menjawab; karena itu pula ketika kehendak dan keingan umat Islam pada masa awal merdeka dari berbagai daya tarik jiwa dan perhiasan dunia dan mampu mewujudkan dalam jiwa mereka nilai-nilai hakiki pada saat berpuasa, maka mereka mampu mewujudkan kemenangan Allah, dan duniapun tunduk pada mereka. Dan oleh karena itu jika kita ingin mewujudkan kemenangan maka hendaknya kita harus memerdekakan diri dan keingian seperti yang dilakukan oleh salafusshalih kita dahulu.
Demikianlah, puasa yang mendidik manusia menjadi insan yang merdeka dalam hidupnya secara keseluruhan; tidak diperbudak oleh nafsu, tidak dikendalikan oleh hasrat, tidak dikuasai oleh seseorang yang jahat, siapapun mereka. Namun ia menjadi pemimpin terhadap dirinya, memiliki kekuatan pada keinginan atau tidak secara bebas, mampu menumbuhkan kemerdekaan kehendaknya secara massif, dan melatihnya pada kebiasaan yang merdeka pada diri dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan melalui peningkatan keteguhan, azam dan ketegaran, tidak merasa hina dan menyerah, sebagaimana puasa pada sisi lain juga memberikan pelatihan diri pada kehendak untuk senantiasa berada dalam ibadah dan ketundukan hanya kepada Allah dan mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa.
Jika seorang muslim mampu memanfaatkan bulan yang penuh berkah ini secara maksimal maka akan dapat memperkokoh azam dan kehendaknya, dan perubahanpun akan terjadi pada dirinya, karakter yang merasuk dalam jiwa, dan akhlak yang kokoh tidak hanya impian belaka, selalu membantu di tengah masyarakat; senantiasa berpartisipasi dalam ibadah dan pendekatan diri, dan keseluruhannya akan ikut serta dalam melakukan perubahan; dan dapat membantu perluasan dan penyebaran pengaruh sehingga mencakup pada segala aspek hidupnya, inilah perbedaan antara saya berpartisipasi di tengah masyarakat dan masyarakat mengikuti saya dalam kebaikan dan antara saya menjadi orang yang plin plan; karena manusia pada kondisi terakhir disebutkan akan berpartisipasi ditengah masyarakat pada kejahatan jika mendapatkan mereka melakukan kejahatan; karena itulah Rasulullah memperingatkan kepada kita dalam sabdanya:
لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا
“Janganlah kalian menjadi orang yang plin plan, kalian mengatakan: Jika manusia baik kami ikut baik, dan jika mereka zhalim maka kamipun ikut zhalim, namun mantapkanlah jiwa kalian; jika masyarakat baik kalian tetap melakukan kebaikan dan jika mereka melakukan kejahatan maka jangan ikut melakukan kezhaliman”. (At-Tirmidzi)
Dan manusia secara umum senantiasa terjadi dalam dirinya dua kekuatan yang saling tarik menarik:
Pertama adalah materi.. yang mana sumbernya adalah unsure materi dalam pembetukannya, seperti pengeluarkan yang tidak sama dengan perilakunya jika hanya mementingkan materi saja..
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ
“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”. (At-Taubah:38)
Kedua adalah ruhiyah (spiritual); yang senantiasa mendorong pada peningkatan interaksi terhadap apa yang kurang pada agama atau akhlaknya, dan ini pula yang dapat meninggikan derajat dari kehinaan dan kesalahan.
Dan ibadah dalam Islam bertujuan mendukung unsur-unsur spiritual yang ada dalam diri manusia, sehingga dapat menyempurnakan kemenangan atas unsur materi, selama unsur kekuatan spiritual meningkat dan menguat maka hubungan dengan Tuhannya akan bertambah erat dan banyak intensitasnya, dan pada kesempatan ini hadir ibadah puasa yang menjadi sarana membebaskan kehendak dari berbagai pengaruh, intrik dan syahwat, dan dengan itu pula dengan sendirinya akan mampu membebaskan kehendak.
Dan pengalaman yang agung ini akan mampu melatih diri dalam kondisi lapar dan memerdekakan keinginan berupa pelarangan dan memperkokoh azimah, ibadah puasa dengan sendirinya akan memberikan kekuatan dan pengetahuan; karena hal tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membina pribadi muslim yang berpuasa, memperkokoh dan membersihkannya dari berbagai kondisi; kerentanan, al-wahn (kelemahan), dan kelesuan, dan dengan demikian pula akan mampu mencapai dalam diri kita “Muslim yang kuat dan dipercaya” yang merupakan pribadi yang paling dicintai oleh Allah sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
” Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah. ” (Muslim)
Pembebasan di bulan Ramadan
Mari kita jadikan bulan Ramadhan kesempatan untuk memperkuat kehendak dan keinginan dan menjauhkan diri dari syahwat dan hal-hal yang dibolehkan, kebebasan dari belenggu adat istiadat, sehingga kita menjadi orang mendapatkan rahmat Allah dan melakukan puasa dan qiyam dengan penuh keimanan dan harapan pahala sehingga kitapun akan mendapatkan ampunan. Puasa merupakan olahraga hati (spiritual) bukan sekedar pengharaman fisik belaka, Karena itu pula kita sangat membutuhkan sarana untuk meningkatkan jati diri pada bulan Ramadhan melalui penguatan dan pengokohan kehendak dan keinginan, dan tanda terbesar dari itu semua adalah menunaikan segala perintah Allah dan mencegah diri dari apa yang diharamkan atas kita, sehingga mampu mengobati jiwa dan bertambah kuat, lalu berinteraksi secara intensif dengan Al-Qur’an:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (Syura: 52).
Bahwa kekuatan tekad dan kehendak yang ditanamkan dalam ibadah puasa pada diri, juga merupakan kebutuhan umat dalam menghadapi hawa nafsu, syahwat, fitnah dan berbagai rintangan, dan dibutuhkan untuk menghadapi kecendrungan diri pada kelemahan dan kemalasan serta yang mengutamakan keselamatan daripada berjihad, berkorban, dan memberi.
Kita sangat membutuhkan pembebasan kehendak umat dan kehendak pemimpinnya dari daya tarik duniawi dan kerja keras dan berkelanjutan; untuk mengutamakan kepentingan publik daripada kepentingan sendiri, dan mengadvokasi masalah-masalah bangsa dan membelanya, dan tidak menganggap remeh di dalamnya serta tidak mengandalkan kelembutan dan mengutamakan keselamatan dalam menghadapi tantangan dan mengatasinya.
Bahwa perubahan yang ditempa dalam jiwa pada bulan Ramadan tidak hanya secara individual belaka, tapi dia merupakan perubahan masal yang mencakup pada seluruh tingkatan dan seluruh unsur elemen umat, karena itu umat sangat membutuhkan kebebasan kehendak, terutama para pemimpin dan penguasa serta pejabatnya, mereka dituntut untuk dapat membebaskna diri mereka dari pengaruh mengekor intervensi eksternal yang tidak menginginkan kebaikan pada suatu umat dan masa depannya, mereka sama sekali tidak memiliki arti dan memberikan manfaat bagi kalian sebagaimana tidak akan bisa memberikan mudharat serta kemuliaan untuk kalian, sebagaimana firman Allah SWT:
أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”. (An-Nisa:139)
Dan hendaknya mereka menyadari bahwa dalam membebaskan kehendak berarti membebaskan kehendak umat seluruhnya, dan jika mereka merasa berat dan melambat-lambatkannya maka mereka akan terjerumus pada dosa umat seluruhnya, dan akan menimpa sunnatullah pada alam semesta ini, dan akan terjadi perubahan pada ini semua. Karena itu, lakukanlah sesuai peran masing-masing, tunaikanlah kewajiban yang diamanahkan tanpa merasa berat, malas dan rendah diri, dan ketahuilah bahwa umat menumpukan sandarannya kepada kalian, karena itu berikanlah mereka haknya dan lindungilah mereka.
Wahai ikhwanul Muslimin..
Wahai umat manusia seluruhnya ..
ketahuilah bahwa kebangkitan hakiki adalah dimulai dari perubahan internal; karena itu barangsiapa yang kalah terhadap jiwanya maka akan menjadi orang yang paling lemah untuk bisa mengalahkan yang lainnya, mari kita jadikan bulan Ramadhan kesempatan nyata untuk melakukan perubahan dan mulai dengan kerja keras untuk membebaskan kehendak pada semua tingkatan, berpegang teguh secara sempurna terhadap seluruh perintah Allah, dan bekerja keras untuk menunaikan seluruh perintah-Nya dan mengaplikasikannya dalam diri kita, dan ketahuilah bahwa bebasnya kehendak merupakan rahasia kekuatan dan kemenangan dan tidak mudahnya menerima intervensi kekuatan lain dalam tubuh kita, bahkan ia merupakan motivasi yang nyata untuk menolak segala bentuk penghinaan, kenistaan dan kelemahan yang mungkin sebagian orang yang lemah imannya merasa puas dengan kondisi tersebut terutama mereka yang tidak berusaha menjadikan puasa Ramadan sebagai sarana menghidupkan potensi secara nyata.
bahwa inti perhatian kita adalah kehendak dan akhir dari perhatian kita adalah semangat, karena itu, marilah kita bergerak dan menyeru kepada Allah pada setiap saat dan kondisi, janganlah merasa santai dan bosan, dan jadikanlah tarbiyah bulan ramadhan sebagai bekal spiritual kita; untuk mencapai target dan misi kita, dan mari kita berkorban semaksimal kemampuan kita dalam mewujudkan itu semua, dan marilah menjadikan syiar kita sebagaimana yang diungkapkan oleh salafusshalih:
أعظم الناس وسعًا أعظمهم إيمانًا
“Hal terbesar kemampuan seseorang berasal dari imannya”.
Dan ketahuilah bahwa langkah pertama jalan menuju kemenangan adalah untuk memmbeskan kehendak dari berbagai daya tarik duniawi.
Wahai para pejabat dan pemimpin serta penguasa..
Ketahuilah bahwa bulan Ramadan adalah kesempatan untuk membebaskan kehendak kalian, menghiasi diri dengan akhlak dan perilaku yang baik, memberikan perhatian pada kepentingan umat dan bangsa kalian; sehingga dengan demikian kalian dapat meraih keridhaan Allah dan kepercayaan umat dan bangsa kalian, dan apa yang dialami umat berupa kehinaan dan kelemahan adalah akibat strategi kalian yang sangat jauh dari kepentingan bangsa dan umat kalian namun hanya memperhatikan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum; karena itu kembalilah kepada Tuhan kalian pada bulan yang suci ini, dan bebaskanlah kehendak kalian karena Allah, Tuhan semesta alam
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa”. (Al-Hajj:40)
Wahai ikhwah tercita yang berada dibalik jeruji besi…
Kalian telah menjadi symbol dan contoh akan keteguhan dan kesabaran –bersama kalian keluarga dan anak-anak kalian- dalam memerdekakan kehendak kalian, tidak mudah tunduk –bagaimanapun kondisinya- terhadap diri kalian, kalian menghadapi apa yang kalian alami di dalamnya dengan penuh azam tanpa mengenal kata lemah dan kalah.. ketahuilah bahwa orang yang kalah adalah orang yang tidak mampu mengalahkan keimanan dan ideology kalian, dan merekalah yang pasti akan hancur kehendaknya jika tidak memenuhi petunjuk yang telah diberikan, dan kembali pada jalan Tuhan mereka…
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya”. (Yusuf:21)
Semoga Allah senantiasa menolong kalian dalam ketaatan dan kebaikann, dan dan mempercepat mendapatkan jalan keluar, sesegara mungkin bukan selambat mungkin, dan kalian telah mewariskan dakwah, umat, keluarga, anak dan harta sebagai sebaik-baik warisan seperti yang telah dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang shalih.
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya..
Dan segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam
Allah Akbar walillahilhamdu



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar