5.8.11

Masjid Kwitang.

Masjid Kwitang, Kokoh di Tengah Jakarta

Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat terkenal sebagai kawasan yang cukup padat penduduk. Beberapa toko dan perkantoran berdiri megah di daerah itu. Dengan Kali Ciliwung di sampingnya, daerah tersebut layak menjadi salah satu pemukiman yang dipilih oleh penduduk, khususnya pada masa-masa yang lalu.

Di daerah ini juga terdapat sebuah masjid yang cukup megah dan luas. Sebuah masjid yang dikenal warga sekitar sebagai Masjid Kwitang itu terdiri dari dua lantai dengan sebuah menara besar di sisi kanan bagian depan masjid.

Lantai pertama masjid tesebut biasanya digunakan untuk shalat berjamaah seperti biasa, dan saat Ramadhan seperti saat ini, ruangan tersebut juga masih muat menampung jamaah shalat terawih. Sementara lantai kedua, khusus digunakan untuk shalat Ied.

Masjid ini didirikan oleh Ali Al Habsyi, seorang pemuda asal Pontianak, Kalimantan. Sekitar tahun 1920, Ali berlayar menuju Hadramaut (Yaman Selatan) untuk belajar agama Islam. Beberapa tahun menimba ilmu di negeri seberang, Ali kembali ke tanah airnya, Indonesia. Namun, oleh salah satu gurunya, dia dianjurkan untuk menyebarkan ilmu yang dia dapatkan di wilayah Jakarta. Sempat singgah di bilangan Jatinegara, Ali akhirnya menetap di bilangan Kwitang, Jakarta Pusat.


Di tempat inilah, Ali bersama murid-muridnya dan penduduk setempat mendirikan sebuah majelis taklim di rumah pribadinya. Tempat tersebut lantas ia beri nama Baitul Makmur. Beberapa tahun berjalan majelis itu dia beri nama Unwanul Falakh. Menurut Muhammad Rofiq, Koordinator Pelaksana Syi'ar dan Dakwah Masjid Al Riyadh, sekitar tahun 1950, majelis tersebut resmi diberinama Masjid Al Riyadh.

Pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, selain digunakan untuk syiar agama Islam, masjid ini dipakai untuk tempat pertemuan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ini tidak mengagetkan karena Ali Al Hasyi adalah salah satu penasehat dan orang kepercayaan Presiden Soekarno.

Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia memang mencatat, pengorbanan dan kegigihan umat Muslim dalam melawan pasukan penjajah seperti Jepang, Belanda dan Sekutu tidak diragukan lagi. Kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Bandung sampai Jakarta adalah saksi atas darah dan nyawa mereka.

Pada masa kemerdekaan sampai era reformasi saat ini, masjid bersejarah ini tetap berdiri kokoh. Selain digunakan untuk berdakwah dan menjalankan ibadah sehari-hari, oleh pengurus dan pengelola, masjid ini dijadikan tempat belajar secara formal. Sebuah sekolah dasar Islam bernama Madrasah Diniyyah Al Riyadh didirikan sekitar tahun 1975. Melalui lembaga pendidikan ini, masyarakat lebih mudah mengenalkan Islam pada putra-putrinya.

Secara umum, kegiatan-kegiatan keagamaan masjid selama Ramadhan hampir sama dengan masjid-masjid yang lain yaitu ceramah keagamaan, terawih, buka puasa bersama, pesantren kilat dan lain-lain. Namun, tradisi khusus yang masih dijaga sampai saat ini adalah setiap malam 25 Ramadhan selalu diadakan Khotmil Qur'an atau khataman Al Qur'an di dalam shalat terawih. Setiap momen tersebut, banyak jamaah dari luar Jakarta, bahkan seluruh Indonesia berdatangan.

Masjid Al Riyadh ini sendiri memiliki keunikan yang dapat membedakan dengan masjid-masjid yang lain. Di dalam masjid terdapat makam sang pendiri, Habib Ali Al Habsyi, beserta anaknya, putranya, Habib Muhammad bin Al Habsyi dan istri putranya. Keberadaan makam mereka menjadi daya tarik bagi sebagian umat Islam untuk berziarah.

"Ini salah satu bentuk karamah beliau (Habib Ali). Sudah wafat tetapi dapat memberikan berkah bagi masyarakat sekitar. Dengan banyaknya peziarah, puluhan bahkan ratusan orang bisa berdagang disini. Seperti kata Allah, 'Jangan kalian anggap para wali mati, mereka hidup di sisi-Ku,"

Setelah melewati masa yang tidak pendek, Masjid Kwitang atau Al Riyadh ini akhirnya dapat memberikan sumbangsih nyata bagi perkembangan masyarakat khususnya umat muslim. Baik di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya.

Kini, masjid tersebut semakin kokoh berdiri dan menjadi pemandangan tersendiri di tengah perkembangan kota dan masyarakat Jakarta yang sangat pesat. Masjid ini akan setia mendampingi para jamaah setiap waktu.

Sumber : VIVAnews



Artikel Terkait: